Catatan Cinta Untuk Putriku
Catatan Cinta Untuk
Putriku
Ini untukkmu sayaaang.. dengan sepenuh hati dan cinta, ummi
persembahkan untukmu. Sebagai catatan kebersaman ummi denganmu, sebagai catatan
tanda syukur ummi kepada Ar-Rohman, sebagai catatan cinta antara abi, umi
denganmu dan sebagai catatan yang akan membuat kita abadi sampai kelak nanti.
Putriku sayaaang..
Hari itu Ahad tanggal 28 Agustus 2011 atau bertepatan
dengan tanggal 28 Ramadhan. Telah dua
hari ummi merasakan tanda-tanda akan kehadiranmu. Bahagia dan mendebarkan itu
pasti. Semua seakan tidak sabar menanti kehadiranmu, bahkan bidan yang
menangani umi juga, hingga pagi itu bidanpun memberi ummi pil agar kau cepat
lahir. Tapi sudah seharian ummi dan semuanya menanti.. tak jua engkau kunjung
hadir.. hingga dengan iringan doa semua saudara, mbah kakung, mbah putrid dan
para sepupumu yang siap menyambutmu, engkau hadir ke dunia ini naak..
Tepat pukul 17:30 WIB dengan tangis yang menggetarkan engkau
lahir , dengan paras ayu dan pipi mungil gembi serta dua lesung dikedua pipimu.
Semua bahagia menyambutmu nak.
Abi dan ummi menangis bahagia penuh syukur.. inikah
perjuangan indah itu??
( Bukan.. inilah awal perjuangan indah itu..)
Pagi pertama.
Mentari menyapamu naak.. pagi itu ummi dan abi
menghangatkanmu dibawah pelukan hangat mentari. Bidan yang menangani
kelaahiranmu dating menyapa dan langsung terlihat panic melihatmu, ummi dan abi
bingung, menurut belaiau ada yang bermasalah dengan dirimu.. ternyat
benar-benar.. mukamu mulai menguning dan ujung jari-jarimu juga terlihat kuning
pucat tidak seperti kemaren petang. Keputusan diambil untuk merujukmu ke rumah
sakit di kabupaten. Engkau digendong bude “kakak perempuan ummi” disertai bidan
dan abi berangkat ke rumah sakit daerah. Ummi tidak diperkenankan ikut serta
akrena keadaan yang belum pulih, hanya melepasmu dengan iringan doa dan air
mata yang ummi lakukan. Takut kehilangan….
Mencari dokter spesialis anak pada dua hari menjelang idul
fitri sangat susah waktu itu, hanya ada tiga dokter spesialis anak di
kabupaten, dan yang dua orang telah libur mudik, tinggal dokter satusatunya
yang jadi harapan. Dengan membawa tubuh mungil yang semakin pucat karena terus
muntah tiada, abi bude dan bu bidan berkeliling dari rumah sakit satu ke rumah
sakit yang lain mencari dokter yang siap menanganimu.
kemudian di rumah sakit Mitra Husada engkau bisa dirawat.
Tubuh mungilmu sudah lemah dan pucat, tak lagi menangis, bahkan saat jarum
infus dan jarum suntik ditusukkan ke tubuh mungilmu untuk mengambil sampel
darah tak ada suara atau tangisan apapun nak..
Semua yang mengantarmu pasrah, umi dan semua keluarga
dirumah dipenuhi kecemasan. Akhirnya engkau dimasukkanke incubator dan
diisolasi disebuah ruangan khusus, dari mulut mungilmu dimasukkan selang untuk
menguras lambungmu yang terus mengeluarka cairan kuning. Menurut dokter engkau
keracunan air ketuban, karena sudah waktunya lahir tapi ta kunjung juga engkau
lahir. Lambungmu harus dibersihkan.
Tidak sampai disini naak..
Setelah melewati empat jam proses pengurasan lambung, engkau
tidak mau mengkonsumsi susu formula. Dokterpun menyarankan ummi untuk datang ke
rumah sakit, supaya engkau segera mendapat asupan asi. Dengan diantar oleh
mobil tetangga dan diiringi wajah-wajah
cemas para keluarga dan saudara.. bismillah.. ummi berangkat dengan jalan yang
masih tertatih, dan sesampainya dirumah sakit, melihat tubuh mungilmu dihiasi
selang dan tangan mungilmu diperban untuk membantu jarum infuse, ummi tidak
kuasa, disinilah ummi benar-benar ingin menukar sakitmu dengan kesehatan ummi. Aaaaaah..
anakku..
Semua yang menungguimu tidak ada yang boleh masuk, hanya
ummi, abi dan semuanya hanya diperbolehkan melihatmu lewat sebuah jendela kaca.
Dengan penuh cinta dan kehatia-hatian, engkau ummi dekap naak.. ditelingamu ummi bisikkan “
assalamualaikum permata haiku, maafkan ummi ya sayaaang”.
Malampun datang, tak satupun orang diruangan isolasi ini,
hanya ummi dan engkau, abi terpaksa tidur di mushola rumah sakit, dan diluar
ruangan hanya ada beberapa perawat yang bertugas jaga. Tak sedikitpun ummi
meninggalkanmu, kutunggui engkau dengan duduk disamping kotak incubator. Sambil
sesekali mengelap cairan bening yang masih juga keluar dari mulut mungilmu. Tak
ada sakit ataupun lelah yang ummi rasakan, Ummi hanya takut kehilanganmu
naaak.. takut yang teramat sangat..
Pagi-pagi dokter yang merawatmu datang, menurutnya engkau sudah kelihatan sehat.. Ummi bahagia
naaak.. “ semoga ALLOH SWT segera mengangkat sakit ini dari tubuhmu”. Dan
menjelang waktu dzuhur dokter dating memeriksamu lagi, menurut beliau jika sampe
jam empat sore nanti engkau sudah tidak muntah lagi sampai empat kali maka
engkau diijinkan pulang dan dirawat dirumah saja. Dengan penuh harap kupeluk
engakau naak.. tak lagi kutidurka engkau di kotak incubator itu, bibir ummi
tidak berhenti melafadzkan asmaasma Alloh dan do’a harapan, diluar kaca jendela
abi memandangi kita.. taukah engkau naaaak? Pasti abi waktu itu ingin sekali
memelukmu juga.. Sampai pukul tiga sore, masih kudekap engkau dengan
meninggikan sedikit bagian kepalamu.. ummi khawatir jika ummi tidurkan engkau
akan muntah lagi dan kita harus berlebaran di rumah sakit, Alhamdulillah..
engkau hanya muntah dua kali, maka kupanggil abi untuk segera mengurus
administrasi kepulanganmu.
Tepat ketika adzan magrib selesai berkumandang kita sampai di
rumah mbah, dikampung ummi.. Kita disambut dengan kumandang takbir di penjuru
bumi yang membelah angkasa, dan semuapun kembali menyambutmu penuh syukur.
Putriku Sayang..
Perjalanan selanjutnya denganmu adalah perjalanan yang penuh
kehati-hatian, walau tubuh mungilmu tumbuh dengan sehat dan montok, tapi
tubuhmu sangat mudah terserang penyakit, hampir tiap bulan kita berkunjung ke
dokter untuk memeriksa kesehatanmu.
Kini.. dua tahun telah berlalu, engkau telah tumbuh menjadi putri
kecilku yang pintar, menggemaskan dan
menakjubkan. Menjadi bidadari indah, menjadi amanah yang harus terus dijaga di
tengah abi dan ummi..
Semoga abi dan ummi terus mampu menjagamu naak.. mendampingi
perjalanan hidupmu. Menghantarkanmu menjadi orang mulia, menjadi perisai agama
Alloh dan negri ini dan peneduh hati dan mata ummi dan abi pastinya.
Dan hingga ketika
nanti Alloh bertanya kemana telah ummi dan abi membawa engkau di dunia ini?
Kami dapat mempertanggungjawabkannya
dengan penuh suka cita dan bahagia.
(Untuk putriku
dikutip dari serpihan-serpihan catatan harian)

Komentar
Posting Komentar