Betapa Dekatnya Maut


 

Petang kemarin aku ditemani suami dan si kecil tentunya tergesa berangkat ke sebuah rumah sakit. Setelah mencari kesana kemari akhirnya kami menemukan ruangan yang kami tuju. Berada di lantai paling atas, dan di pojok sebuah lorong. Menemukan seseorang yang dihormati oleh banyak orang termasuk aku, segera kucium takzim tangan laki-laki yang duduk dengan bantuan bantal-bantal penyanggah di kanan kirinya. Hidungnya dipasang beberapa selang yang membantu pernafasannya, sedang tanganya juga diinfus. Kupandangi wajah teduh yang kini jauh terlihat lebih renta dari beberapa tahun lalu. Dialah Abah pengasuh pondok pesantrenku dulu. Setelah beberapa hari dirawat di sebuah rumah sakit kabupaten, akhirnya belia dipindahkan ke rumah sakit kota. Alasanya karena saat berada di rumah sakit daerah bukannya bertambah sehat malah semakin buruk kondisinya, itu semua lantaran banyaknya jamaah dan santri yang ingin mengunjunginya.

Duduk di bawah tempat tidur Abah mengingangatkanku pada satu sosok wajah yang aku sangat takut kehilangannya, yaitu bapak. Berkali-kali kupandangi wajah penuh kepayahan di hadapanku ini. Dulu ketika aku masih jadi santri aku sangat senagng mendengarkan bacaan sholat abah ketika jadi imam, meski aku hanya bisa mendengarkan dari jauh, lantaran santri putri tidak diperkenankan jamaah di masjid. Suara bacaan shalat abah sangat mirip dengan bacaan shalat bapak di rumah. Wajah mereka juga kadang terlihat mirip. "Ah Bapaaak, maafkan aku ya." Itu semua mungkin karena antara bapak dan abah sudah terjalin ikatan silaturhim persaudaraan yang kukuh.

Abah selalu ramah, bahkan dalam sakitnya yang begitu payah beliau masih sempat menanyai si keci, menyuruh seorang mba untuk mengambilkan minum dan makanan. Bahkan ikut bertanya tentang bapak dan menimpali perbincanganku dengan ibu kyai. Rasanya sore kemarin aku sangat bersyukur, dapat berada di antara orang-orang mulia ini. Setelah beberapa saat aku pamit keluar ruangan, ternyata bu kyai pun ikut keluar dan kemudian bercerita, "nggeh niko Abah, nek enten tamu langsung ngendikoan, padahal nek bar ngendikoan mengken njuk sayah maleh." Dalam hati aku meringis ikut merasa bersalah. Tidak beberapa lama datang serombongan jamaah yang entah darimana. Seorang cucu abah yang masih kuliyah di semester enam menyikutku, "Mbaa, namanya orang tua ya.. sudah disumputin di tempat paling tersembunyi dan jauh masih saja ya.. ketemu juga." Aku meringis menangagpai ujaran gadis manis bermata indah di sampingku.

Yang ingin saya tuliskan sebenanrnya adalah, bahwa tadi sewaktu aku menyusuri lorong-lorong rumah sakit, pada satu lorong aku menemukan sebuah kamar yang tengah ramai, terlihat beberapa dokter dan perawat sibuk. Ternyata salah satu pasien tengah mengalami sakaratul maut yang sangat payah. Pasien tidak sempat lagi dibawa ke UGD, beberapa keluarganya terpuruk di pojokan penuh airmata. Bahkan salah satu keluarganya sampai ada yang berteriak-teriak dan jatuh pingsan. Hatiku getir menyaksikan pemandangan ini. Segera kulangkahkan kaki pergi menjauh. Dalam hati lagi-lagi teralun kidung kematian yang selalu mampu membuat lututku lemas. Apatah aku, atau mereka terlebih dulu???

Benar bahwa "kullu nafsin dzaikotul maut" setiap yang bernafas mempunyai kematian. Tidak dapat dipungkiri dan tidak dapat dihindari. Seorang keponakanku yang menikah satu bulan terlebih dahulu, kini telah menadi janda sejak setahun lalu. Suaminya meninggal akibat kecelakaan. Saat itu anakknya masih bayi dan sampai saat ini akhirnya si anak tidak mengenali rupa asli bapaknya. Setiap bertemu yatim ini hatiku merasa teririr-iris. Seandainya itu terjadi pada aku dan anakku?? Naudzubillah mindzalik.

Jadi, seberapa siapkah kita menghadapi kematian?? hanya pribadi kita masing-masing yang mampu menjawabnya.
Seberapapun jatah umur yang kita miliki, semoga di dalamnya terlimpah kebaikan-kebaikan yang akan menjadi penolong kita kelak.

Ya Alloh, jadikanlah untukku, kedua orang tuaku, suami dan keluargaku, saudara-saudaraku, seluruh muslimin muslimat, dan mukminin mukminat di dunia ini umur-umur yang barokah dan bermanfaat. Dan hindarkanlah kami dari siksa api neraka' Amiin

Bandar Lampung, 18 Mei 2014


Komentar

Postingan Populer