Aku Benci Menjadi Penakut

Menjadi penakut? Siapa sih yang mau? Tapi, itulah yang ada pada diriku. Aku hidup sebagai seorang penakut. Pada suasana gelap. Pada bayangg-bayang jin yang akan muncul menyerupai seseorang. Pada hantu-hantu yang "hanya katanya" dan pada imajinasi-imajinasiku sendiri.

Ini sebenarnya sangat tidak kusuka, tapi bagaimana lagi?? Berkali-kali aku mencoba menjadi pemberani, tapi selalu bergidik dan kemudian lari terbirit-birit ketakutan pada bayangan yang muncul di imajainasiku sendiri.

Seperti cerita kemarin malam dan baru pertama kali kurasakan. Saat mataku tengah sakit dan bengkak. Malam itu kami berada di rumah orang tua suami untuk silaturahim. Dengan berat sebelum akau pergi tidur kuminta suami untuk meneteskan obat mata. Anggukannya membuatku melangkah ke kamar untuk mengambil obat yang kumaksud. Suasan kamar gelap karena listrik padam sejak magrib tadi. Dengan merab-raba akhirnya kutemukan kotak tempat aku menaruhnya. Dengan tergesa kuberjalan keruang depan tempat suamiku berada. Entah bagaimana kemudian ujung mataku menangkap sesosok bayangan hitam yang tengah berdiri dan tersenyum sambil bersandar di balik kelambu tempat tidur. Dengan sadar atau tidak kemudian aku menjerit sejadi-jadinya. Tanganku lunglai dan kakiku lemas. Kemudian yang terdengar adalah semua keluarga yang tengah berkumpul tertawa-tawa melihat tingkahku. Ternyata itu adalah suamiku sendiri, yang tadi sewaktu aku berjalan masuk kamar dia mengikutiku, tapi aku tidak menyadarinya. Saat semua orang tengah tertawa berhasil memperdayaiku, yang kurasakan malah sebaliknya. Aku lemas dengan jantung yang hampir copot dan badanku dingin menggigil. Belum menyadari keadaanku suami tetap biasa saja. Ketika kuseret tubuhku yang tanpa daya untuk berbaring, barulah suamiku menyesali  tingkahnya. Ia memegangiku khawatir. Jantungku masih perpacu cepat, tubuhku lemas tanpa daya sedang mulut dan lidahku masih kelu tak mampu untuk berucap.

Aku tahu suamiku menyesal, dan aku benci menjadi penakut.

Komentar

Postingan Populer