Karena Engkau Kejora
"Ummii.. makacih ya" Suara putri kecilku sambil mengulum ceker kesukaannya. Sepagi ini, dia menghabiskan semangkuk nasi dengan sup ceker.
"Enak ya Nak?" tanyaku sambil mencuci piring di bawah kran air.
"He eem. umi macaknya enak,' ujarnya sambil kakinya mengibas-ibas mengusir beberapa kucing yang minta jatah tulang darinya.
Sejenak kuhentikan cucian piringku. Kupandangi putri kecilku yang duduk di depan pintu ditemani beberapa kucing temannya bermain. Aaah umurnya kini hampir tiga tahun. Tidak pernah mampu otakku menjangkau bahwa akhirnya putri kecilku akan tumbuh menjadi anak secerdas dan sesehat ini. Kembali terbayang persitiwa tiga tahun silam. Tubuhnya yang mungil dengan nafas kembang kempis memperjuangkan hidup. Hidung dan tangannya dihaisi selang-selang yang membuat nyaliku ciut. hanya doa yang tanpa putus yang saat itu ammapu kurapal. Tapi, kini???
"Astagfirulloh, maafkan hamba ya Rabb, yang kadang kurang amanah menjaga karunia-Mu."
Sering terbetik capai dan marah menghiasai kebersamaanku dengannya. Lupa kuucap syukur atas segala karunia-Mu yang menyertai hadirnya. Bukankah segala nikmat ini karunia-Mu? Bukankah senyum dan tawa ceria dia adalah kuasa-Mu? Bukankah kecerdasan dan kelincahan dia adalah atas ijin-Mu??
Mulai menjejak dan mempriotaskan dia dalam mimpi hidup mungkin ini yang harus kubenahi. Aku ingin putriku benar-benar tumbuh menjadi hamba-Nya yang bertakwa. Tangguh dalam memperjuangkan kalimah dan agama-Nya. Serta menjadi penerang langkah untukku dan suami kelak.
(Jika umi adalah rembulan, maka putri kecilku adalah kejora, dan abi adalah matahari.)
*Cinta pada rumah petak kami
"Enak ya Nak?" tanyaku sambil mencuci piring di bawah kran air.
"He eem. umi macaknya enak,' ujarnya sambil kakinya mengibas-ibas mengusir beberapa kucing yang minta jatah tulang darinya.
Sejenak kuhentikan cucian piringku. Kupandangi putri kecilku yang duduk di depan pintu ditemani beberapa kucing temannya bermain. Aaah umurnya kini hampir tiga tahun. Tidak pernah mampu otakku menjangkau bahwa akhirnya putri kecilku akan tumbuh menjadi anak secerdas dan sesehat ini. Kembali terbayang persitiwa tiga tahun silam. Tubuhnya yang mungil dengan nafas kembang kempis memperjuangkan hidup. Hidung dan tangannya dihaisi selang-selang yang membuat nyaliku ciut. hanya doa yang tanpa putus yang saat itu ammapu kurapal. Tapi, kini???
"Astagfirulloh, maafkan hamba ya Rabb, yang kadang kurang amanah menjaga karunia-Mu."
Sering terbetik capai dan marah menghiasai kebersamaanku dengannya. Lupa kuucap syukur atas segala karunia-Mu yang menyertai hadirnya. Bukankah segala nikmat ini karunia-Mu? Bukankah senyum dan tawa ceria dia adalah kuasa-Mu? Bukankah kecerdasan dan kelincahan dia adalah atas ijin-Mu??
Mulai menjejak dan mempriotaskan dia dalam mimpi hidup mungkin ini yang harus kubenahi. Aku ingin putriku benar-benar tumbuh menjadi hamba-Nya yang bertakwa. Tangguh dalam memperjuangkan kalimah dan agama-Nya. Serta menjadi penerang langkah untukku dan suami kelak.
(Jika umi adalah rembulan, maka putri kecilku adalah kejora, dan abi adalah matahari.)
*Cinta pada rumah petak kami


Komentar
Posting Komentar