Bila Si "Tamu Rutin" Telah Datang Menyapa Buah Hati


 

Petang kemarin aku kedatangan tamu, seorang wali santri mengajiku. Di belakang punggung ibunya tampak putrinya yang menjadi muridku mengaji menyembul malu-malu. Kusambut keduanya dengan senyuman.

"Ada apa, Bu? Kok ke rumah bukannya hari ini mulai mengajinya nanti pukul setengah lima?" sambutku sambil melihat gadis kecil yang tetap malu-malu menarik-narik baju mamanya.

"Ini, Mi.. hari ini Karima tidak bisa mengaji. Dia sudah dapet,' jawab ibunya diikuti kerlingan mata dan senyum simpul.

"Owh.. iya ya.. nggak apa-apa. Berarti Kakak sekarang sudah gede," jawabku sambil seulas senyum menyertai. Setelah beberapa saat mengobrol akhirnya mereka berpamitan pulang. Kuhantar keduanya dengan pandangan lucu pada gadis kecil bertubuh dan berwajah cabby yang masih duduk di kelas lima Sekolah Dasar itu.

Betapa repotnya ibu itu pikirku. Anaknya masih sangat manja dan belum dewasa. Dia adalah salah satu murid mengajiku yang baru mulai belajar al-qur'an. Dalam kesehariannya, makan saja masih sering disuap, tidur dikelonin papanya. Belum lagi segala ini dan itu juga masih mamanya yang menyiapkan. Dan kini dia sudah mendapat kunjungan tamu rutin bulanan. Aku jadi teringat obrolan beberapa waktu lalu dengan ibu-ibu yang memiliki gadis-gadis keci dan menceritakan pengalaman mereka mendampingi buah hati menghadapi masa-masa pertama dengan "si tamu rutin bulanan'' (baca: haid/menstruasi). Ada diantara mereka yang menceritakan bagaiman mereka membimbing untuk pertama kalinya mencuci celana dalam, bersuci, dan menjaga bau badan agar tidak sedap. Ada juga yang mengeluhkan anaknya masih saja belum mandiri, belum mau membersihkan pakaian dalamnya dengan alasan jijik, masih menyuruh mamanya mencuci dan menyiapkan pembalut pada pakaian dalamnya. Aku juga teringat dulu sewaktu sekolah dasar kelas empat, ada salah satu teman putriku yang sudah mendapat tamu bulanan. Dikarenakan kurangnya bimbingan dari orang tua, hampir setiap hari ketika dia sekolah, maka bau tidak sedap dari badannya akan tercium, belum lagi beberapa kali darah menstruasinya menetes dan membasahi roknya.

Jadi, sebenarnya kapan kita mulai bisa mendidik anak perempuan untuk persiapan diri menyambut "si tamu rutin?"

Di sebuah sekolah dasar berbasis islam terpadu, aku dapati bahwa salah satu pelajaran ekstrakurikulernya adalah pelajaran menjadi wanita/pria dewasa. Di dalamnya anak-anak dididik bagaiman menjadi manusia dewasa. Baik dari segi pergaulan, ibadah dan pertanggung jawaban kepada diri mereka sendiri. Dan itu juga yang aku terapkan kepada beberapa gadis kecil yang menjadi anak bimbingan ngajuki pada kelas malam.
Sebelum diantara mereka ada yang mendapat tamu bulanan, telah saya sampaikan bagaman seharusnya menyambut kedatangan si tamu. Begitu ada salah satu dari mereka yang mendapat, langsung tanpa malu-malu dia dan teman-temannya mengatakan kepadaku. Akhirnya dengan telah mengetahui  apa yang harus dilakukan selama masa tamu bulanan datang dan bagaimana seharusnya hidupnya kini, tentunya tidak terlalu merepotkan untuk orang tua menghadapinya.

Beberapa tips yang mungkin dapat diterapkan untuk membantu buah hati menyambut "si tamu rutin" :

1. Mulai perkenalkan istilah haid, menstruasi, datang bulan, bahwa perempuan ada masa tidak sholat sedini mungkin pada anak perempuan kita.
2. Ketika anak telah berumur tajuh sampai delapan tahun pastikan mereka mengerti bahwa suatu saat mereka akan seperti mama mereka, yaitu mendapat waktu untuk tidak shalat.
3. Memasuki masa aqil baligh bagi seorang perempuan (umur sembilan tahun) pastikan anak telah mandiri dengan segala keperluannya. Persiapkan anak untuk menghadapi masa-masa yang tidak terduga datang si tamu bulanan. Didik anak untuk mengerti tanggung jawab kepada Alloh, orang tua dan diri sendiri.
4. Ketika si tamu telah datang menyapa, bimbing anak untuk menghadapinya. Ajari anak bagaimana membersihkan diri (mandi dan membersihkan pembalut dan pakaian dalam). Didik anak untuk hidup bersih, menghindari makanan yang dapat menambah bau badan tidak sedap, dan terus bimbing anak untuk mandiri.
5. Saat tamu berkunjung, ingatkan kembali tentang tanggung jawabnya kini kepada Allah, orang tua dan dirinya sendiri. Ingatkan lagi tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang perempuan dewasa pada masa haidnya, juga tentang apa yang kini telah menjadi tanggung jawabnya baik dalam ibadah dan hidup keseharian.
6. Percayakan anak untuk mulai menapaki masa kedewsaannya tanpa berhenti mengawasi, mendidik dan mengingatkan atas segala yang berkait dalam kehidupannya.

Semoga bermanfaat. ^_^

Komentar

Postingan Populer