Tidak Bolehkah Aku Iri?

Sebagai seorang wanita, rasanya kadang terselip banyak  iri di dalam diriku. Aku iri ketika pada bulan Ramadhan lelaki bebas menikmatinya dengan ibadah yang tanpa batas. Dapat setiap waktu mengisi bulan mulia ini dengan segala kebajikan. Aku iri ketika mereka di haruskan puasa sebulan penuh tanpa adanya halangan seperti kaum perempuan. Aku iri, ketika mereka dapat melaksanakan tarawih dengan khusuk tanpa diganggu celoteh dan tangis anak yang menyertai. Aku iri ketika masjid dapat mereka diami sepanjang waktu. Sedang perempuan??/Yaaa Aku benar-benar iri!

Aku teringat dulu sewaktu aku masih di asrama pondok, sewaktu ramadhan kapanpun aku mau aku dapat berdiam diri di mushala. tempaku melarutkan hati dan mata dalam kalam-kalam suci milik-Nya. Tanapa batas dan tanpa gannguan. Sampai benar-benar mataku lelah dan punggunggku tak sanggup tegak. Bagiku, Ramadhan di pesantren adalah ramadhan-ramadhan yang indah. Berkali-kali al-qur'an dapat kukhatamkan. Malam-malam terlewati dengan tadabur dan belajar kitab bersama para ustad. Belum lagi makanan yang tidak berlebih dan karenannya mampu membuatku betah beribadah.. Hwuaaaaaa aku benar-benar iri dengan masa-masa itu.

Sedang iriku yang lain adalah, saat kumenyaksikan Hafidz indonesia yang bernama Musa 5,5 tahun telah hafal 29 juz dari al-qur'an. Rasanya aku benar-benar iri. Bila mungkin kini aku telah susah payah menghafal dan kemudian mengabur tanpa pernah aku berusaha mencegah. Akankah aku mampu membimbing dan menghantarkan anakku menjadi penjaga Al-qur'an? akankah aku mampu menjadi orang tua yang dapat memuliakan anaknya dengan al-qur'an? Akankah???

Ya Rabb.. Aku benar-benar iri.

Sedang diri ini masih saja begini. Jauh dari kecintaan yang benar-benar terhadap-Mu. Lalai atas segala panggilan cinta-Mu. Menjauh dari jalan untuk merengkuh cinta suci-Mu.Lebih asyik hanyut dalam kesenangan yang aku atas namakan kepada-Mu. Padahal jelas padanya abu yang bila akau tergelincir akan semakin jauh dari cinta-Mu.

Ya Rabb.. bimbing aku untuk terus di jalan-Mu. Menjalankan syariat agama-Mu dan menghantarkan anak-anak kami kelak untuk menjadi perisai dan penjaga agama-Mu. Semoga aku mampu.

Dan maafkan aku bila iriku ini hanyalah sebatas iri seorang hamba yang terbersit dalam hati tanpa terbuat dalam laku.

Wahai Tuhanku.. dalam langkah yang tersaruk, aku mencintai-Mu.

Iswa, tiga Ramadhan 1435 H

Komentar

Postingan Populer