Aku dan Tangga Harapan #1

Islah Wardani _NHW#1

Bismillahirrahmanirrahim

Mengalami jatuh bangun bahkan terpuruk dalam menjalani kehidupan berumah tangga, akhirnya mendorongku untuk bergabung di universitas kehidupan ini. Ya,dialah  IIP. Institut Ibu Profesional.

Tidak hanya satu atau dua kali tapi sering sekali. Saat janji kembali terucap dan terpancap tapi berulang kali juga terlanggar dan terburai. Tentang apakah itu??? Emosi.

Sekali waktu aku pernah membaca bahwa rumah tangga di dunia yang merupakan rumah tangga jelmaan kehidupan di surga adalah rumah tangga yang selalu berbicara dengan bahasa cinta. Bahasanya orang yang saling jatuh hati dan mengasihi. Hanya perlu berbisik dan saling menatap penuh arti. Tak perlu pakai emosi apalagi nada tinggi. Hingga akupun berhimmah untuk memiliki rumah tangga jelmaan kehidupan surgawi. Tapi nyatanya, setiap kali aku dan suami (terutama aku) terbentur sedikit saja oleh perkara sepele, kadang emosi masih terus menjadi penguasa. Semisal saat kami harus menghadapi tingkah laku putri pertama kami, kami masih saja tak mampu mengendalikan emosi. Kami masih saja berkata keras, bernada tinggi ( bahkan kadang berteriak). Tapi saat kami diam-diam kemudian memandang wajah putri kami tertidur lelap, penyesalan menyelusup datang. Mengorek-ngorek, menghakimi dan mencibir pelanggaran yang lagi-lagi kami lakukan.

Hingga akhirnya saat tugas Nice Home Work dari IIP datang dan menanyakan tentang jurusan ilmu apa yang ingin aku tekuni di universitas kehidupan ini jawabanku adalah Jurusan Pengendalian Diri. (1)

Alasan terkuat yang saya miliki adalah karena  saya ingin menjadi figur teladan yang baik untuk anak-anakku. Bagaiman impianku memiliki rumah tangga surgawi akan tercapai jika aku sebagai ibu dan madrasah utama bagi mereka masih saja sering dikuasai emosi. Aku khawatir anak-anakku akan meniru tingkah lakuku yang sering berkata dengan nada tinggi dan terkuasai emosi. Sungguh aku mengkhawatirkan ini. (2)

Sedangkan strategi yang telah terbayang dan terencanakan dalam benak adalah aku harus terus belajar mengendalikan diri. Menyibukkan diri dengan bergabung pada majelis-majelis ilmu yang menjadi sumber energi dan asupan ruhani. Dan aku ingin memiliki fasilitator sebagai rem dan pengingat supaya aku tidak kembali menyalahi janji.(3)

Terkait perubahan sikap yang akan saya perbaiki dalam mencari ilmu ini adalah yang pertama pasti luruskan niat. Selanjutnya aku benar-benar ingin menjadi pendengar dan penyerap ilmu yang baik. Hingga setelahnya nanti sesuai harapan, dapat kuamalkan dengan baik pula.(4)

Salam Ibu Profesional.

Islah Wardani_NHW#1








Komentar

Postingan Populer