Aku dan Tangga Harapan #2

Islah Wardani_NHW#2

Mendapat pertanyaan untuk menyelesaiakan Nice Homework  #2 dalam program matrikulasi IIP ini membuatku harus lama-lama berpikir. Jadi selama ini sebenarnya apa, sih indikator keberhasilan hidup yang telah dan akan kujalani?

1. Sebagai individu
Aku tak pernah secara rinci membuat indikator keberhasilan atau profesionalitasku sebagai perempuan. Tapi aku selalu punya semboyan bahwa hidup sebagai individu yang berjenis kelamin perempuan itu berarti mempunyai lima bagian kehidupan yang harus dijalani.

Pertama sebagai seorang hamba terhadap Rabbnya.
Kedua sebagai seorang anak terhadap orangtuanya
Ketiga sebagai seorang istri bagi suaminya
keempat sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya
dan kelima sebagai seorang saudara bagi sesamanya.

Sedangkan dua hal yang selalu ingin kupegang dalam kehidupan ini adalah aku ingin menjadi individu yang berkualitas baik, yang mampu menebar kebaikan dan memberi manfaat untuk orang di sekelilingku. bahkan bila orang di sekelilingku beranggapan itu bukanlah sebuah kebaikan, aku akan tetap melakukannya selama itu adalah hal yang diperintahkan oleh Alloh subhanahu wata'ala. Dan yang kedua aku ingin menjadi individu yang mampu menjaga lisannya.

Untuk mendukung dua hal tersebut maka indikator profesionalitas yang saya terapkan adalah:
1. Berusaha selalu menjaga sholat lima waktu (Baik dari waktu sholat maupun kualitasnya)
2. Menjadikan bada magrib dan bada subuh sebagai waktu wajib tilawah. (Seberapun harus disempatkan. Bila bada magrib sangat tidak bisa menyempatkan maka diganti menjelang tidur)
3. Memulai kebiasan baik dari hal yang terkecil. (Menyingkirkan duri atau batu di jalan, tersenyum kepada tetangga, menyapa setiap anak-anak yang ditemui dan menghindari ghibah bagimanapun bentuknya)
4. Aktif diberbagai komunitas yang membawa efek positif.

Karena dua hal diataslah aku ingin terus belajar. Karena dua hal di ataslah aku selalu merasa belum melakukan banyak hal. Dan karena dua hal di atasah yang yang kuyakini akan membawaku selamat hingga akhirat nanti.

2. Sebagai seorang istri
Membicarakan indikator profesionalitas sebagai seorang istri dengan suami sendiri ternyata juga tidak menemukan jawaban rincian yang pasti. Karena sebenarnya pola hidup rumah tangga yang kami jalani adalah mengalir begitu saja. bila kami mempunyai keinginan dan impian maka yang harus kami lakukan hanyalah memperkuat kepercayaan kami kepada Allah dengan diiringi ikhtiar dan doa. Maka kemudian terbentanglah jalan kemudahan. Datang bertubi-tubi dan membuat segala impian dan harapan kami menjadi kenyataan.

 Nah, saat suami ditanya sebenarnya suami menginginkan istri yang bagaimana, sih? apa saja yang masih kurang dari profesionalitas istri selama ini?

Jawaban pak suami ternyata sangat simple. "Indikator profesionalitas istri?" katanya mengulang pertanyaanku.

"Iya, apaan gih, Bi?" jawabku sedikit merajuk.

"Yaaaah, seperti ini. Iya seperti selama ini." jawabnya sambil matanya menerawang sekeliling ruang tengah tempat kami berbincang.

"Seperti apa?" kejarku penasaran.

"Yaaah, selama ini Umi sudah sangat profesionalitas sebagai istri. Sudah mengandung, melahirkan, mendidik dan menjaga anaka-anak, lalu mengurus rumah dengan baik, masak setiap hari dan menyiapkan ini itu."

"Bener, Nih nggak ada yang kurang?" ledekku menimpali

"Yang penting Alloh ridho dengan apa yang umi lakukan, suami ridha dan jangan lupa untuk tidak berhenti memperbaiki diri, insyaAllah disitulah terdapat indikator profesionalitas seorang istri."

Suamiku memang selalu begitu, tidak pernah menuntut apapun. Selalu saja aku yang menuntut dan meminta darinya, meski kadang saking banyaknya dia sampai lupa apa permintaanku. ^_^

Indikator profesionalitas sebagai istri yang aku terapkan adalah:
1. Menyiapkan makanan setiap hari (Kami makan atau beli makanan luar bila saat anak-anak sangat riweh dan tidak bisa disambi, atau diantara kami sedang ada yang sakit dan tidak sempat memasak)
2. Urusan rumah, menyapu, ngepel, setrika dan nyuci sebisa mungkin kulakukan sendiri dengan baik.
3. Saling memijat dan bercerita menjelang tidur (minimal dua kali dalam sepekan) inilah  our qulity time yang kami miliki



3. Sebagai seorang Ibu
Kali ini untuk memperoleh jawaban indikator profesionalitas sebagai seorang ibu aku harus berdiskusi dengan putri pertama kami yang umurnya baru menginjak 5,6 th. Saat quality time kami bada magrib, di sela-sela sebuah buku yang tengah dibaca oleh si kakak untuk memperlanacar bacaannya, kutanya dia. Ibu seperti apakah yang dia inginkan. Dengan sigap dan mata berbinar-binar putri kecil kami menjawab.

"Umi itu, ya biar baik satuuuu jangan suka marah." Yups, ini juga PR terbesarku yang tengah ingin kuperbaiki. Suara yang kadang meledak dan naik beberapa oktav ternyata menjadi nomor wahid yang tidak disukai anakku.

"Kedua, Umi harus masak yang enak-enak setiap hari." matanya mengerling nakal saat mengatakan ini :)
"Ketiga, umi harus sayang sama kakak dan adek."
"Keempat harus bacaain dongeng sebelum bobo." Tapi ini bisa juga dilakukan abi, ya.. kalau umi tengah ngelonin adek?" timpalku meminta dispensasi

"Kelima umi harus beliin baju lebaran." ^_^ Jawaban sudah mulai nggak konsisten he hee..
"Ketujuh besok kita lebaran di rumah mbah putri pringsewu, ya?" Naaah, ini makin jauh dari harap
"Kedelapan besok kita berenang lagi, ya Mi? :)
"Kesembilan, Adek harus sayang sama kakak."
"Kesepuluuuh, apa, ya?" Si kakakpun tak punya jawaban lagi. He heee

Lepas dari jawaban putri kecil kami, hal yang saat ini  ingin kulakukan sebagai seorang ibu adalah
1. Aku ingin anak-anakku mampu membaca al-qur'an dan mampu mengusai bacaan dan gerakan sholat itu karena uminya yang mengajarkan pertama kali.
- Menjadikan bada magrib sebagai waktu spesial untuk Belajar. Mengaji, menghafal, membaca buku atau mendengarkan curhat si kecil.
-Selalu mengajak anak-anak beribadah bersama bila waktunya tiba.
2. Aku ingin selalu ada untuk mereka. Menyediaakan dan mendampingi hal-hal yang mereka butuhkan Khususnya kini saat masa-masa emas tengah mereka jalani.


Salam Ibu Profesional

Islah Wardani

Komentar

Postingan Populer