Aku danTangga Harapan #3

Islah Wardani_NHW#3

Bila ada istilah bahwa pasangan adalah dua kubu sifat yang saling berbeda, mungkin aku adalah salah satunya. Sifatku sebagai seorang istri yang suka segala sesuatu yang berbau roman harus bersanding dengan suami yang apa adanya dan lebih suka menjalani hidup mengalir saja.

Nah, pada point pertama NHW #3 ini setelah menulis sebuah surat sederhana untuknya yang berupa ucapan terimakasih karena telah menjadi suami dan ayah yang baik dan mengajaknya untuk terus saling menyayangi, ternyata responnya jauh dari harap.

"Cuman segini, aja?"

"Terus ini surat nantinya dikoreksi nggak sama dosennya?"

Yaelaaah, cintaaaa jawabannya itu lhooo bikin pengen nelen hp..😅😆 (Ya sih,dia sudah tahu duluan kalau istrinya ini ada tugas membuat surat untuk pasangannya.Dan sebenarnya aku sudah putuskan berhenti nulis-nulis surat. Dulunya sih sering, tapi malah sering miskomunikasi he he )

Tapi meski begitu, dialah lelaki yang telah Alloh pilihkan untukku. Yang karenanya Alloh menumbuhkan rasa cinta di hatiku dan menjalinkan kami dalam ikatan suci pernikahan.Dan hal yang yang dulu membuatku jatuh hati dan memilihnya karena semua hal yang terlihat biasa,lumrah dan seperti seharusnya yang melekat padanya. Hingga sampai saat inipun itulah yang kutemui. Dia menjagaku dan anak-anak seperti seharusnya seorang suami dan bapak. Lumrah pada keharusan yang Alloh tetapkan dan rasullulloh contohkan.

Untuk point kedua tentang potensi anak-anak. Sampai saat ini ketika umur putri pertama kami menginjak angka keenam,yang kami tangkap adalah dia anaknya sangat menyenangi bermain peran,menyanyi dan sangat detail memperhatikan fashion seseorang yang menarik perhatiannya. Sedangkan untuk putra keduakami yang baru berumur tujuh belas bulan, kami belum dapat menyimpulkan. Yang tertangkap dia anaknya lebih terjadwal baik pola istirahat, makan dan bersosialisasi dengan sekitar. Begitu juga dengan orang yang baru ditemuinya ia sangat mudah kenal.

Point ketiga tentang potensi diri. Ini kuamati dari kesenanganku yang tak bisa jauh-jauh dari urusan rumah. Memasak, beberes,utak-atik ini itu dan sangat betah berdiam diri di dalam rumah. Dan mungkin inilah salah satu dorongan yang akhirnya membuatku memilih menjadi ibu rumah tangga fulltime at home. ☺

Sedangkan point terakhir tentang kenapaAllah memilihkan dan menempatkanku dan keluarga kami di lingkungan saat ini adalah karena Alloh sangat menyayangi kami dan ingin kami bermanfaat bagi sekitar. Sejak seminggu pernikahan hingga sekarang di tahun ke tujuh pernikahan, kami masih menempat di perumahan yang sama. Berawal menempati ruangan pada pojok mushala jadi marbot dan guru ngaji TPA, akhirnya kini kami bisa mempunyai rumah sendiri. Sebuah rumah mungil yang kami beri nama istana pagi. Tempat dimana harapan-harapan tumbuh dan bermekaran. Mewangi dan menebar kesekitar. Amiiin
Dan alhamdulillah kami masih tetap menjadi guru mengaji anak-anak. Terus dipercaya Alloh menghidupkan ladang amal kebaikan ini.

Lalu nikmat mana lagi yang mampu kami dustakan??
Fabiayyi alaaa irabbikuma tukadzibaan.

Salam ibu profesional

Islah Wardani, 10 Februari 2017

Komentar

Postingan Populer