Cerita Di balik Kehamilan Kedua

Alhamdulillah, segala syukur hanya milik-Nya. Itulah yang pertama kami ingat saat menyadari kehadirannya. Kehamilan kedua datang. Bahagia? pasti!!! Ini adalah penutup kebahagian di penghujung tahun 2014, setelah berderet-deret nikmat mulai yang besar hingga yang kami lupa mengingatinya menjejali tahunn.

Haqiya, putri pertamaku langsung berceloteh riang mengabarkan kebahagian ini pada setiap orang. Bahkan penjual sayur keliling dan orang-orang yang kebetulan tengah mengobrol denganku akan langsung ia beri kabar bahwa ia akan segera menjadi kakak. Subhanallah :)

Belum lagi tingkah lucunya yang mulai merancang posisi tidur di sebelah mana dan dan dekat siapa ia akan berbaring, jadwal kegiatannya ketika nanti adiknya telah lahir dan sebutan baginya yang dipikirkan dengan serius. Mulai dari kakak, mbak, yayuk, dll. Hingga akhirnya suatu hari saat aku tengah berbarin di sisinya ia membisikkan sesuatu di telingaku. "Ummi, nanti kalau Haqiya punya adik, manggilnya kakak aj, ya? tapi kalau Ummi bilang sama orang, ummi ngomongnya mbak."

Olala ternyata karena kami suku jawa dan kebanyakan saudaranya berpanggilan "mbak" tapai dia ingin dipanggil "kakak" ia malu sama orang-orang.

Dengan tawa yang kutahan, kuanggukan kepala. Tapi tetap saja dia menyadari bahwa umminya tengah merasa lucu. Maka wajahk pun di tutup dan di pukul dengan jari-jarinya.

Cerita lain seputar kehamilan, mungkin ini kehamilan yang lebih berat dari yang pertama. Saat hamil Haqiya rasanya aku bandel. Tanpa muntah dan pusing. Segala bau pun menurutku biasa saja. Bahkan sampai kehamilan menginjak bulan ketiga aku sangat ingin merasakan ngidam atau mual tapi semua tetap baik-baik saja. Lain halnya dengan kehamilan saat ini. Belum menyadari kalau hamil ternyata tubuh telah lebih dahulu bereaksi terhadap beberapa jenis makanan yang bersantan dan beraroma bawang putih. Makanan yang tadinya sangat kusukai tiba-tiba malah membuat tersiksa.

Mual dan muntah yang sering tiba-tiba muncul juga tensi darah yang sangat rendah memaksaku untuk sering berbaring manis di usia kehamilan 4-10 minggu. Tapi alhamdulillah, perlahan semua berangsur membaik dan sekarang makan pun terasa kembali nikmat. Juga sesekali mencicip durian sebiji dua biji saat suami dan Haqiya tengah berpesta. Puncak musim durian telah tiba, dan ini godaan. He heeee :)

Robbi hablii minasholihiiin.

Komentar

Postingan Populer