Secercah Harapan dari Istana pagi.




Menuliskan tentang keunikan keluarga. Maka yang pertama kali kuingat adalah tentang cara kami membangun harapan.

Ini bermula saat kami baru menempati rumah baru kami. Sekitar tiga tahun yang lalu. Waktu itu putri sulung kami tengah memasuki tahun ketiga usianya. Rumah yang kami tempati saat itu masih bertembok bata merah dengan lantai tanah yang kami tutupi dengan karpet plastik. Setiap menjelang tidur, putri kami selalu minta didongengin tentang putri yang cantik dengan segala serba serbinya.  Dan bersama itu, tepat sebelum tidur kami selalu teringat tentang harapan-harapan kamj untuk segera dimampukan oleh Alloh untuk memperindah rumah yang kami tempati menjadi sebuah rumah yang layak. Akhirnya mengalirlah sebuah dongeng yang sangat disukai putri kami sewaktu itu. Tentang sebuah istana yang di tempati oleh seorang raja, ibu permaisuri dan seorang putri cantik bernama princes Haqiya -nama putri kecil kami-. Meski mungil istana ini sangat indah dan selalu bersinar. Setiap pagi saat ayam jantan berkokok dan adzan subuh berkumandang, terbangunlah si princes Haqiya. Saat bangun ia selalu mendapati sang raja tengah bersiap pergi ke masjid. Sedang ibu permaisuri tengah mengambil air wudhu. Menyusullah princes haqiya untuk berwudhu dan sholat berjamaah bersama ibu permaisuri. Selanjutnya dongeng ini bercerita tengtang princes haqiya yang sangat penuh kasih sayang memberi makan seluruh hewan peliharaannya, termasuk ayam jantan yang selalu berkokok dan membangunkannya.

Hingga suatu kali putri kecil kami bertanya, "Umi, nama istananya apa?" Lalu meluncurlah jawabanku bahwa istananya bernama ISTANA PAGI. Kala itu aku hanya berfikir bahwa saat pagi menjelang, saat itulah harapan-harapan baru di kehidupan ini bermekaran. Saat pagi adalah saat setiap orang harus bangun dan membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin.





Kini, ketika pernikahan kami hampir menginjak tahun ke tujuh, kami tetaplah dua tubuh dengan dua kepala yang kadang berbeda pendapat dan pikiran. Tapi meski begitu sebuah nasihat yang mengatakan bahwa "menikah adalah seni kompetisi dan sinergi untuk saling mengalah" itulah sangat benar sekali. Bagaimana tidak. Seorang laki-laki yang lurus dan nggak neko-neko harus bersanding dengan perempuan yang suka hal-hal yang berbau bau roman dan perfeksionis. Ini amazing dan membuat kami berdua terus berusaha menyeimbangkan langkah supaya dua kubu ini tidak terlalu jomplang (baca berat sebelah) dalam beberapa hal.

Tahun-tahun yang sudah terlewat dengan segala jatuh bangun dan tangis tawanya terus membuat kami berproses untuk menjadi lebih baik. Menyemai harapan-harapan di setiap jengkal dan anak tangga yang harus kami lalui. Tumbuh kembang dua buah hati kami menjadi penyemangat kami untuk menjadi tauladan yang baik bagi mereka. Hingga semakin kesini kami semakin menyadari bahwa keluarga kami. Istana pagi kami hanya akan dapat tumbuh dan berseri karena kami mempunyai satu harapan yang sama. Yang kami rengkuh dan ingati bersama. Yang akan kami wujudkan bersama. Sampai kelak, saat anak-anak kami besar dan memasuki gerbang kehidupan mereka masing-masing, kami akan mengiringinya dengan tersenyu. Hingga hal paling akhir yang kami inginkan untuk berkumpul kembali di jannah diijabah oleh Alloh subhanahu wataala.

Demikianlah. Meski di kehidupan ini akan selalu ada hari yang terik, senja yang hangat dan malam yang kelam. Dan sesekali hujan dengan petir dan badai, tapi kami selalu percaya bahwa akan selalu ada pagi yang menjanjikan kehidupan lebih baik dari hari kemarin. Dimana tumbuh harapan-harapan baru. Bermekaran dan membangkitkan kami untuk melangkah mewujudkannya.

Salam santun dan cinta dari kami di istana pagi.

Pemeran dongeng dari istana pagi:

- Langgeng sutopo (32 th) sebagai suami dan abi
- Islah wardani  (31th) sebagai istri dan umi
- Haqiya putri maudena (5,9th) sebagai putri pertama
- Sabqie muhammad fayyadh (1,9 th) sebagai putra kedua.


Komentar

Postingan Populer